Sabtu, 12 September 2009

Barack Hussein Obama Bahayakan Kepentingan Dunia Yahudi Israel



Israel Akui Solusi Dua Negara

Mantan juru bicara dewan AS, Newt Gingrich, pada hari Minggu waktu setempat (Senin WIB) mengecam pemerintahan Obama karena sering berseberangan dengan Israel dan “membahayakan” negara Yahudi tersebut, katanya dihadapan Komite Urusan Masyarakat Amerika-Israel (AIPAC).

“Mereka secara sistematis menyusun sebuah pertemuan yang paling menentukan yang pernah terlihat,” kata politisi senior partai Republik tersebut, mengomentari pemberitaan mengenai pendekatan yang diambil pemerintahan AS terhadap konflik Palestina-Israel.

“Seolah ada keinginan (dari pemerintah AS) untuk membuat kesepakatan (antara pemerintah Israel) dengan dunia Arab,” katanya sebelum berpidato dihadapan konferensi tahunan AIPAC.

Newt menyebut program yang dicetuskan oleh presiden AS, Barack Obama, mengenai hubungan dengan Iran sebagai sebuah khayalan belaka, dan tidak lupa menambahkan bahwa kebijakan Obama mengenai masalah Timur Tengah ‘sangat membahayakan’ Israel.” Dia menyebut langkah pendekatan yang diambil Obama dengan “sebuah tiruan nyata dari kelemahan yang pernah dilakukan oleh presiden AS sejak era Jimmy Carter.”

Newt tetap pada pendiriannya dan mengatakan bahwa AS seharusnya mengatakan kepada Israel: “kami ada demi keselamatan bangsa Israel” dan “kami tidak akan memberikan toleransi kepada Iran dan membiarkan mereka yang sengaja mengembangkan senjata nuklir.

Dia menambahkan bahwa terciptanya perdamaian antara rakyat Palestina merupakan hal yang penting, dan bahwa AS seharusnya membantu para pemimpin negara Palestina untuk memimpin rakyatnya dan mengenyahkan Hamas.

Pemerintahan Obama juga mencoba untuk mendukung Fatah dan mencoba untuk memulai kembali proses perdamaian yang sempat terhenti antara Palestina dan Israel untuk mencapai tujuan akhir.

Pemerintahan AS juga memfokuskan diri untuk menghentikan upaya Iran dan mencegah negara tersebut untuk mendapatkan senjata nuklir, AS juga harus mempertimbangkan untuk menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Iran jika proses pembicaraan berujung pada jalan buntu.

Gingrich banyak disebut-sebut sebagai calon kuat dari partai Republlik dalam kampanye pemilihan presiden berikutnya, Gingrich juga telah menahbiskan ulang dirinya sebagai seorang pucuk pimpinan di partai Republik, yang saat ini menjadi partai oposisi pemerintah, berjuang untuk menemukan kembali identitas partai dan daya tarik bagi para pemilih setelah pada musim gugur tahun ini menderita kekalahan dalam pemilihan umum.

Tokoh-tokoh kunci partai Demokrat, termasuk wakil presiden AS, Joe Biden, akan menghadiri konferensi tersebut dalam satu dua hari yang akan datang.

Sementara itu, ketika presiden Israel, Shimon Peres, mengadakan pertemuan dengan presiden Obama, para anggota panel yang menyebut diri Israel Factor (sebuah badan beanggotakan delapan panelis Israel yang dibentuk pada tahun 2005 dan terakhir membahas masalah kampanye calon presiden AS pada 2008, yang memberikan penilaian dan peringkat kepada masing-masing calon berdasarkan pada sikap yang mereka tunjukkan terhadap Israel, namun sekarang lebih fokus pada pemberian peringkat pada kebijakan pemerintahan baru AS) cenderung meyakini bahwa Obama dan pemerintahan baru AS “baik bagi Israel”.

Pada bulan Februari lalu, ketika Obama dilantik dalam sebuah upacara kenegaraan, para anggota panel, termasuk mereka yang menilai bahwa John McCain adalah pilihan yang lebih baik (atau lebih aman) bagi Israel dibandingkan Obama, bisa lebih bernafas lega. Seratus hari berlalu, beberapa anggota panel tersebut memutuskan bahwa mereka perlu melihat kembali bagaimana kinerja presiden baru AS tersebut. Dan sebagai hasilnya, peringkat Obama menurun.

Berdasarkan penilaian yang diberikan panel tersebut terhadap tokoh-tokoh kunci pemerintahan AS, Hillary Clinton menduduki peringkat teratas, hal ini tidak terlalu mengejutkan mengingat bahwa Hillary merupakan calon yang didukung penuh oleh panel tersebut.

Walaupun menduduki peringkat teratas, Clinton termasuk kehilangan poin paling banyak dibandingkan tokoh lainnya. Hal ini karena para anggota panel tersebut mengharapkan Hillary untuk lebih vokal dalam mendukung Israel. (dn/jp/smedia)


Akhirnya Israel Akui Solusi Dua Negara


Lieberman dalam pidato terbarunya, mengatakan Israel menyetujui solusi dua negara

Deputi Menteri Luar Negeri Israel mengatakan bahwa negaranya akhirnya akan menerima perjanjian perdamaian komprihensif dengan Palestina yang akan memasukkan sebuah solusi dua negara.

“Pemerintah Israel, karena tradisi demokratis kami dan karena prinsip kontinuitas, akan tunduk dengan semua komitmen sebelumnya yang diambil oleh pemerintahan sebelumnya, termasuk penerimaan dari peta jalan kepada perdamaian yang akan menuntun pada sebuah solusi dua negara,” Daniel Ayalon mengklaim pada Minggu lalu.

Ayalon menujukan secara internasional dukungan pada ‘Inisiatif Perdamaian Arab’ 2002, yang menawarkan Israel perdamaian dan hubungan normal dengan negara-negara Arab dengan imbalan untuk penarikan dari semua daerah yang telah diduduki pada perang tahun 1967.

Sementara Menteri Luar Negeri kejam Israel Avigdor Lieberman memulai kunjungan empat hari ke Italia, Perancis, dan Republik Czechnya, dan Jerman pada Senin, untuk menghilangkan kekhawatiran tentang kebijakan pemerintahan Israel yang baru pada perdamaian dengan warga Palestina.

Hal ini datang setelah Menteri Luar Negeri Avigdor Lieberman, dalam pidato pertamanya sebagai Menteri Luar Negeri pada 1 April silam, mencengangkan dunia ketika ia menolak negosiasi yang dipimpin AS beberapa tahun terakhir dan mengatakan bahwa sebuah komitmen sebelumnya yang Israel buat untuk negara bagian Palestina ‘tidak memiliki validitas’.

Merujuk pada konferensi Annapolis yang disponsori AS, Lieberman mengatakan “Pemerintahan Israel tidak pernah mengesahkan Annapolis, tidak juga parlemen.”

Imigran Rusia yang sekarang mengepalai partai Yisrael Beiteinu (Israel adalah Rumah Kami) dalam pemerintahan koalisi Israel telah menolak dari gagasan konsesi apa pun kepada Palestina dan menyatakan bahwa “siapa pun yang berfikir bahwa melalui konsesi, perdamaian akan diraih merupakan kesalahan. Ia hanya mengundang tekanan dan lebih banyak perang.”

Pada gilirannya, setelah menjabat sebagai Perdana Menteri, Netanyahu juga menolak gagasan sebuah negara bagian Palestina dan malahan menyarankan ‘aturan sendiri’ bagi Palestina.

Sementara itu, perluasan yang tanpa belas kasihan dari pemukiman Israel di daerah terduduki bersamaan dengan ‘Dinding Pemisah Israel’ menciptakan ‘fakta di lapangan’, yang merusak kelangsungan hidup dari Negara Palestina yang mungkin diperbolehkan untuk menerima keberadaan dengan persetujuan tanpa protes dari Israel, dibalik ‘Bantustan’ yang terisolasi, dikelilingi dan yang bergantung seluruhnya pada Israel untuk kelangsungan hidup mereka.

Pada wajah fakta-fakta tersebut, menteri luar negeri Uni Eropa (EU) mengatakan pada bulan lalu bahwa ikatan-ikatan persatuan dengan Israel mungkin dapat memburuk jika pemerintah dari perdana mentri Hawkish Benjamin Netanyahu membuang solusi dua negara untuk mengakhiri konflik tersebut.

Presiden Israel, Simon Peres dijadwalkan untuk bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama pada 5 Mei. Netanyahu akan mengunjungi Washington pada bulan selanjutnya dengan tujuan untuk memastikan dukungan Amerika Serikat bagi Israel. (ppt/ptv/smedia)

0 komentar:

Posting Komentar

 

Kisah Mualaf 2009 Template is Designed by ABC